Press ESC to close

Reportase | Review Kebijakan Stunting Tahun 2024 Berbasis Transformasi Sistem Kesehatan dan Outlook 2025

<< Kembali ke Laman Review Kebijakan Stunting

Rabu, 5 Februari 2025

PKMK-Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) menyelenggarakan webinar Review Kebijakan Stunting Tahun 2024 berbasis Transformasi Sistem Kesehatan dan Outlook 2025 pada Kamis (5/2/2025).

Acara diawali oleh pengantar dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD., Guru Besar FK-KMK UGM, yang menekankan pentingnya pemanfaatan Dashboard Digital untuk menghasilkan tinjauan kebijakan yang mendukung penyusunan kebijakan berbasis bukti bagi para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, para peserta didorong untuk berperan sebagai mitra dalam kolaborasi data terkait stunting dari berbagai daerah.

Acara dilanjutkan dengan paparan terkait gambaran penggunaan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) oleh Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, PhD selaku dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi & Kesehatan Populasi  serta peneliti PKMK FK-KMK UGM. Digna menjelaskan bahwa stunting di Indonesia masih menjadi tantangan kesehatan besar meskipun prevalensinya menurun secara bertahap. Pemerintah telah menetapkan target prevalensi stunting sebesar 14% pada 2024 melalui berbagai kebijakan, seperti RPJMN 2020-2024 dan Perpres Nomor 72 Tahun 2021. Kebijakan ini menekankan transformasi sistem kesehatan dengan pendekatan lintas sektor, penggunaan platform digital seperti DaSK, dan pendanaan yang terintegrasi. Tantangan meliputi disparitas antarprovinsi, pengelolaan anggaran, distribusi tenaga kesehatan, dan infrastruktur teknologi informasi. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui Posyandu, LSM, dan tokoh lokal menjadi kunci dalam mendukung intervensi berbasis komunitas untuk mencegah stunting, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Selanjutnya, paparan dari para pembahas yaitu yang pertama dari dr. Lovely Daisy, MKM selaku Direktur Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI yang menambahkan informasi terkait perkembangan capaian intervensi percepatan penurunan stunting. Selain itu dijelaskan juga terkait faktor prenatal seperti pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah (TTD), dan intervensi dini pada ibu hamil berisiko menjadi fokus utama pencegahan. Intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan (PMT) lokal dan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu terbukti efektif menurunkan angka stunting. Pencegahan stunting yang berkelanjutan memerlukan pendekatan berbasis bukti, penguatan intervensi lintas siklus hidup, serta pemantauan rutin untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan.

Pembahas yang kedua adalah Ir. Doddy Izwardy, B.Sc, MA, Ph.D. selaku Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) yang menyoroti topik transformasi sistem kesehatan yang dijelaskan oleh narasumber sangat relevan dengan diskusi-diskusi intensif para pakar gizi dan kesehatan di dunia. Penerapan prinsip transformasi kesehatan dalam kebijakan seperti pemanfaatan DaSK hingga tingkat kabupaten/kota bertujuan untuk memperkuat intervensi berbasis bukti. Selain itu, peran aktif Badan Gizi Nasional dan keterlibatan anggota PERSAGI di seluruh Indonesia menjadi kunci dalam memperkuat kapasitas kebijakan gizi dan kesehatan untuk mendukung keberhasilan strategi nasional.

Pembahas yang ketiga adalah Endang Pamungkasiwi, SKM, M.Kes selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang berharap DaSK ini dapat menjadi alat koordinasi dan pemersatu para pemerhati stunting.  Perlu adanya koordinasi multidisplin untuk mempercepat penurunan stunting.

Pembahas yang terakhir adalah Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang menyoroti berbagai upaya pencegahan dan penurunan stunting, termasuk implementasi transformasi sistem kesehatan berbasis bukti melalui intervensi spesifik dan sensitif. Di Bali, inovasi lokal seperti program berbasis desa adat, pemberian PMT lokal, serta edukasi calon pengantin melalui upacara tradisional menjadi strategi unggulan. Dukungan lintas sektor dan penguatan peran masyarakat juga ditekankan untuk memastikan keberlanjutan program. Meski ada kendala seperti rendahnya kehadiran balita di Posyandu dan keterbatasan transportasi PMT, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam mempercepat penurunan angka stunting.

Reporter: Monita Destiwi (Peneliti PKMK FK-KMK UGM)

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adffffpiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.hjhjhjhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh