Press ESC to close

Reportase | Talkshow “Waspada Antraks Menjelang Idul Adha”

Rabu, 28 Mei 2025


 
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan talkshow daring mengenai Waspada Antraks Menjelang Idul Adha. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan tenaga kesehatan serta masyarakat umum terhadap penyakit antraks sebagai penyakit Zoonosis yang berisiko muncul menjelang pelaksanaan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha.

Pada pembukaan, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS selaku Ketua PKMK FK-KMK UGM menyampaikan pelaksanaan kegiatan ini sebagai media untuk sharing dan memunculkan ide dan masukan untuk mengenali dan mencegah penyebaran antraks serta untuk meningkatkan kewaspadaan dan kolaborasi antara masyarakat dan tenaga kesehatan agar bisa bersatu dan bersama-sama mengelola penyakit antraks jika terjadi di lapangan.

Video Pengantar

Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc menyampaikan paparan materi pertama mengenai zoonosis yang ditularkan oleh binatang. Penularan bisa terjadi dari hewan liar, hewan domestik, maupun hewan di kebun binatang dengan cara kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui media yang terkontaminasi. Terdapat peningkatan risiko penyakit Zoonosis pada saat Idul Adha, pasalnya banyak anggota masyarakat yang bersentuhan langsung dengan hewan kurban bila tanpa perlindungan yang memadai. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat  beberapa penyakit Zoonosis yang dapat ditemui selama Idul Adha seperti Antraks, Salmonellosis, Toxoplasmosis, serta Leptospirosis. Selain itu, terdapat pula Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang bukan merupakan zoonosis, namun dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi.

Materi        Video Materi 1

Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.D.V.E, Subsp.D.T menyampaikan bahwa mayoritas penyakit antraks menyerang kulit manusia. Transmisi antraks dapat melalui kulit, inhalasi menghirup spora, maupun gastrointestinal mengkonsumsi daging yang terkontaminasi. Secara epidemiologi, Indonesia merupakan wilayah endemik yang artinya akan selalu ada, namun jumlahnya tidak banyak. Hingga saat ini, penularan antraks belum ditemukan dari manusia ke manusia, karena termasuk Zoonosis. Kemudian, untuk prosedur pencegahannya dengan pelaporan dan respon cepat, tidak memerlukan perawatan isolasi karena tidak ada transmisi antar manusia, serta diperlukan vaksin bagi kelompok yang rentan.

Materi        Video Materi 2

drh. Hendra Wibawa, M.Si, Ph.D menyatakan bahwa di Indonesia status bebas antraks hanya ada di Provinsi Papua. Antraks menjadi urutan ketiga penyakit Zoonosis yang memerlukan perhatian dari pemerintah Indonesia. Karena penularannya melalui spora, sehingga perlu mewaspadai daerah-daerah endemik dengan kasus berulang. Faktor risiko penularannya yakni lalu lintas ternak, lalu lintas orang atau benda terkontaminasi,  serta kurangnya pengetahuan yang berdampak pada terlambatnya penanganan. Strategi pengendaliannya dapat dilakukan melalui vaksinasi area endemik, kontrol, lalu lintas, dan tindakan disposal pada hewan terinfeksi. Pada daerah di area tertular antraks, dilarang dilakukan pembedahan pada hewan yang tertular serta bangkai harus dibakar habis dan dikubur pada kedalaman 2-3 meter. Selanjutnya dilakukan vaksinasi pada zona merah dengan cakupan 100%. Hendra juga menyampaikan terkait prinsip pengendalian Zoonosis serta pendekatan surveilans Zoonosis.

Materi        Video Materi 3

Diperlukan kesadaran dan upaya dari berbagai pihak untuk mewujudkan Idul Adha yang aman dan terbebas dari penyakit Zoonosis termasuk Antraks, salah satunya dengan memilih hewan ternak yang sehat serta memastikan daging kurban aman untuk dikonsumsi. Selain itu, masyarakat juga perlu untuk memperhatikan cara pengolahan daging yang aman.

Video Diskusi

Rekaman talkshow selengkapnya dapat disimak melalui: https://pkmk.site/TalkshowWaspadaAntraks2805

Reporter: Latifah A (Divisi Diklat, PKMK UGM)

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adffffpiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.hjhjhjhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh