Press ESC to close

Pembelajaran Individu | Reportase

<< Kembali ke Pembelajaran Kelembagaan

Reportase

Pelatihan Perorangan Leadership Untuk Rumah Sakit dalam Konteks UU Kesehatan 2023:
Diskusi Panel Bersama Direktur RS Senior dan Direktur Muda

Sabtu, 2 November 2024


PKMK-Yogya. Pasca pengesahan UU Kesehatan Tahun 2023 dan PP Nomor 28 Tahun 2024, tantangan yang dihadapi rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan semakin kompleks. Distribusi sumber daya kesehatan yang kurang merata sehingga menyebabkan kesulitan pemenuhan SDM kesehatan bagi RS, hingga tantangan finansial RS untuk operasional dan kesejahteraan karyawan merupakan isu utama yang dihadapi saat ini. Berbagai isu dan kemampuan menghadapi tantangan tersebut membutuhkan kemampuan kepemimpinan dalam menanggapi dan menafsirkan perubahan serta kemampuan memimpin lintas sektor.

Sesi pengantar dimulai oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro,M.Sc., Ph.D yang menegaskan pelatihan perorangan leadership untuk RS didukung oleh platform digital yaitu website diklatkesehatan.net, meliputi pelatihan individu dan pelatihan organisasi yang bertujuan untuk knowledge sharing, sehingga harapannya pelatihan tersebut juga dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pelayanan RS. Selain itu, pembelajaran organisasi juga dapat digunakan untuk memastikan sistem yang ada di RS dapat berjalan beriringan antar unit kerja.

Pelatihan ini bertujuan untuk mendorong pimpinan RS untuk menggunakan konsep sense making dan dibantu dengan alat meta leadership. Konsep Sense making tersebut berdasarkan pada argumentasi yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu kemampuan yang bisa diasah atau kemampuan yang merupakan bakat alami individu (given). RS saat ini dapat dipimpin oleh non dokter sehingga profesional seperti manajer yang berasal dari non kesehatan dapat mempelajari sistem kesehatan yang digunakan untuk memimpin RS. Meta leadership merupakan salah satu alat yang ada diantara teori kepemimpinan yang lainnya, dimana konsep tersebut menerangkan bahwa gaya kepemimpinan bisa ditulis dan dipelajari. Berasal dari dasar bahwa pemimpin harus melakukan regenerasi dengan menggunakan science atau ilmu, meta leadership merupakan salah satu alat yang digunakan untuk membantu pemimpin utamanya dalam pengambilan keputusan. Harapannya, seorang pemimpin RS dapat membangun talenta dan sikap demi kebutuhan kepemimpinan untuk menghadapi situasi yang dinamis.

Sesi diskusi panel dimulai dengan kasus pertama yang dipaparkan oleh Laksono terkait kepedulian pemimpin terhadap kewajiban memahami dan menafsirkan UU Kesehatan 2023 dan PP Nomor 28 Tahun 2024.

  1. Hariyadi Wibowo, SH., MARS membahas bahwa IAMARSI telah merespon adanya perubahan akibat implementasi UU Kesehatan 2023 dan PP Nomor 28 Tahun 2024. Salah satu isu saat ini adalah tantangan finansial yang dihadapi oleh RS. Oleh karena keterbatasan finansial tersebut, banyak individu yang akhirnya kurang peduli terhadap perubahan karena tujuan utama yang ingin dicapai adalah mencari keuntungan. Situasi saat ini, banyak klinisi yang tidak mau mengambil risiko untuk menjadi pimpinan RS karena take home pay yang didapat tidak sebesar saat individu tersebut menjadi seorang klinisi.

Selain masalah honor, risiko yang dihadapi seorang pimpinan RS juga sangat besar. Hal tersebut mencakup harus memenuhi tuntutan pasien, hingga kesulitan terkait SDM Kesehatan di RS yang dipimpin. Terkait kepedulian seorang pemimpin dalam memahami dan menafsirkan UU Kesehatan 2023 dan PP Nomor 28 Tahun 2024, perbedaan jenis RS juga mempengaruhi. Mayoritas RS swasta lebih mementingkan revenue dibandingkan melakukan transformasi dan adaptasi terhadap perubahan regulasi, sedangkan RS pemerintah masih peduli terhadap perubahan yang disebabkan oleh perubahan regulasi tersebut. Selain itu, menafsirkan perubahan bagi seorang pemimpin RS  juga membutuhkan usaha, waktu dan pendekatan untuk belajar yang berbeda-beda, sehingga akhirnya seorang pemimpin RS memiliki pendekatan yang berbeda-beda untuk memimpin, termasuk gaya bahasa dan gesture tubuh.

dr Syahril, Sp.P, MPH membahas terkait indikator yang harus dicapai oleh pimpinan RS saat memimpin RS yaitu penjaminan mutu dan keselamatan pasien, pertumbuhan dan perkembangan RS, kesejahteraan pegawai, kepuasan stakeholder, hingga keberlangsungan tata kelola RS yang dapat diubah dan dikembangkan sesuai RS masing-masing. Perbedaan pemimpin menyebabkan perbedaan persepsi terkait budaya dan perubahan yang dialami oleh RS. Sehingga, indikator tersebut harus diterapkan dan direncanakan sejak awal oleh stakeholders RS, termasuk evaluasi. Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman terkait kemampuan kepemimpinan, salah satunya yaitu empowering sumber daya eksternal maupun internal yang meliputi mengenali kemampuan tiap SDM yang dimilikinya. Selain itu, seorang pemimpin harus mampu mendeteksi perubahan lingkungan dan kemampuan berkolaborasi dengan stakeholders lainnya. Kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin terdiri dari leadership dan managerialship, dimana managerialship harus dimiliki baik dari tingkat Direksi hingga tingkat Supervisor. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki enterpreneurship untuk memastikan RS yang dipimpin dapat tumbuh dan berkembang. Terkait kepedulian pemimpin terhadap UU dan PP, seorang pemimpin RS wajib peduli. Namun, pemahaman dan persepsi seorang pemimpin berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penerapan budaya kerja yang baik, termasuk diskusi terkait UU dan PP, serta review renstra sebagai adaptasi, peningkatan evaluasi struktur organisasi di tingkat manajer.

Sesi diskusi panel dengan kasus kedua dipaparkan oleh Laksono terkait reaksi RS terhadap perubahan regulasi RS Khusus, dimana banyak RS yang menganggap penghapusan RS khusus menyebabkan downgrade atau justru perubahan RS menjadi klinik merupakan suatu bentuk yang lebih efisien. Selain penghapusan RS khusus, terdapat isu terkait respon pimpinan RS Pendidikan terhadap perubahan KSM menjadi departemen yang didasarkan pada departemen keilmuan yang terdapat di Fakultas Kedokteran.

Hariyadi membagikan pengalaman yang dialami saat mengelola klinik swasta dan RS khusus dimana terjadi kerugian yang cukup signifikan yang diakibatkan oleh 78% revenue digunakan hanya untuk kegiatan operasional, sementara pemilik mengharapkan revenue yang tinggi. Kemudian dalam kurun waktu beberapa tahun revenue dapat ditingkatkan. Pengalaman tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa pangsa pasar yang cukup luas menghasilkan revenue yang lebih tinggi dibandingkan kekhususan layanan berdasarkan situasi yang ada pada kompetisi bisnis RS saat ini. Terkait dengan RS pendidikan, ego SDM terkait kesejajaran merupakan sebuah tantangan utama meski leadership yang dimiliki pimpinan RS sudah baik.

Syahril kemudian menambahkan konsep RS Khusus awalnya untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan nasional secara khusus, kemudian perubahan yang terjadi saat ini adalah menuju RS yang harus memiliki revenue center sehingga RS khusus tidak nyaman karena revenue yang didapatkan RS tersebut sangat kecil. Hal tersebut merupakan sebuah dasar pemikiran bahwa perubahan menjadi RS Umum merupakan suatu hal yang seharusnya dapat diterima, seiring dengan adanya regulasi terkait penentuan klasifikasi RS berdasarkan kompetensi. Terkait dengan perubahan KSM menjadi departemen bahwa awal tujuan dari KSM yang dibentuk di RS pendidikan yaitu memberikan perhatian khusus mengenai bagaimana memberikan layanan terbaik bagi RS, sedangkan departemen yang ada di FK bertujuan memberikan pendidikan yang terbaik bagi mahasiswa kedokteran. Dengan adanya perubahan tersebut, tindakan yang dapat dilakukan yaitu adaptasi yang tetap mempunyai tujuan utama memberikan pelayanan dan pendidikan yang baik dan beriringan.

Diskusi kasus ketiga dipaparkan Laksono terkait dengan respon dan tindakan yang dilakukan RS terhadap perubahan yang terjadi, dimana diantara ribuan RS yang ada di Indonesia saat ini memiliki tantangan yang berbeda-beda tergantung dengan jenis RS yang dimilikinya, sehingga harapannya RS memiliki sebuah pendamping berupa konsultan untuk membantu RS dalam menghadapi tantangan.

Pola manajer yang dirujuk berdasarkan inspirasi dari organisasi lain yang dianggap sebagai role model disampaikan oleh Hariyadi. Salah satunya ialah perumusan kegiatan outbond yang bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif dari tiap anggota organisasi. Selain itu, Syahril menambahkan bahwa perumusan yang berasal dari RS pemerintah tergantung dari tiap Direktur RS yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang berbeda-beda. Karena perbedaan tersebut, maka harapannya pendampingan oleh konsultan RS dapat dirumuskan menjadi sebuah regulasi yang bertujuan untuk membantu RS dalam menghadapi tantangan. Pendapat lain terkait perubahan regulasi yang akan menghasilkan tantangan yang berbeda dalam tiap jenis RS dikemukakan oleh dr. Joko Murdianto, Sp.An. Perubahan yang terjadi seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh stakeholders RS, meliputi self action dan self dicipline terhadap aturan yang dimiliki RS. Selain itu, budaya organisasi yang diterapkan oleh tiap jenis RS akan menghasilkan tantangan berupa efisiensi dan keberlangsungan RS untuk kedepannya. Tantangan tersebut meliputi tingginya tuntutan pasien yang mulai sadar akan hak yang seharusnya mereka dapatkan dalam pelayanan kesehatan sehingga RS rawan untuk dijatuhi hukuman pidana, serta tak jarang dokter yang melakukan advokasi juga mengalami stres. Untuk menanggapi perubahan, kemampuan kepemimpinan membutuhkan sebuah pelatihan. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki beliau dalam RS Keagamaan, pelatihan yang dilakukan sudah mencakup komponen skill, mental, serta spiritual, dengan harapan seorang pemimpin terpilih dapat menjadi teladan bagi organisasi. Selain pimpinan yang menjadi teladan, RS yang dipimpinnya juga akan siap dalam menghadapi tantangan termasuk kesiapan ketika melakukan akreditasi RS sewaktu-waktu.

Reporter : Bestian Ovilia Andini (Divisi Manajemen Rumah Sakit PKMK UGM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adffffpiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.hjhjhjhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh