Reportase

Pelatihan Peroangan Leadership Untuk Rumah Sakit Dalam Konteks UU Kesehatan 2023: Konsep Meta Leadership

Sabtu, 9 November 2024


PKMK-Yogya. Rumah Sakit merupakan organisasi kesehatan yang kompleks dalam pengelolaannya. Seorang pemimpin dalam RS tersebut harus mampu mengelola dan menjamin keamanan serta kesejahteraan seluruh bawahannya. Selain itu, seorang pemimpin RS juga harus mampu menafsirkan, memahami, dan menghadapi dinamika lingkungan seperti perubahan regulasi yang mungkin dapat menyebabkan perubahan tata kelola RS. Oleh karena kompleksitas tersebut, maka seorang pemimpin dapat memanfaatkan meta leadership sebagai suatu alat yang membantu meningkatkan kemampuan kepemimpinan baik untuk memimpin bawahan, maupun melakukan kolaborasi lintas sektor.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D menyampaikan pengantar bahwa pelatihan perorangan ini merupakan sebuah investasi bagi sebuah lembaga untuk meningkatkan kinerja RS, khususnya dalam hal meningkatkan kemampuan kepemimpinan. Pelatihan ini dibantu dengan website yang menyediakan akses video pembelajaran, materi dan reportase yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Pelatihan ini merupakan pembelajaran yang dilandaskan pada UU. Selain itu, dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan, diharapkan seorang pemimpin tidak hanya mengikuti bakat alami, namun juga dapat ditingkatkan melalui kemampuan dan perilaku, dimana perilaku nurture tersebut dapat diwujudkan dengan alat meta leadership. Harapannya seorang pemimpin mampu memahami regulasi, menjalankan RS secara berkelanjutan, serta mendorong RS untuk melakukan pelatihan dengan sistem team learning.

Sesi paparan dimulai dengan Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes terkait dengan konsep dasar meta leadership. Situasi lingkungan RS saat ini cukup kompleks, sehingga perlu dilakukan penilaian terhadap peluang yang mungkin terjadi, mulai dari beban penyakit yang tinggi, akses masyarakat, dana kesehatan yang melimpah, produksi SDM Kesehatan yang memadai, hingga digitalisasi pelayanan kesehatan, serta ancaman berupa besarnya kompetisi yang ditandai dengan peningkatan jumlah RS, regulasi yang dinamis, hingga ancaman perubahan iklim. Saat ini, RS tidak perlu bergantung pada banyaknya investasi dan kelengkapan alat, namun bergantung pada pemimpin yang memimpin RS yang berperan besar pada kinerja RS, sehingga dibutuhkan pemimpin yang mampu memahami kemampuan dan penilaian terhadap peran dirinya.

Seorang pemimpin dapat dikatakan meta leader sebagai center of gravity, mampu memahami lingkungan luar, mampu mengendalikan sumber daya yang ada di RS, mampu memprediksi arah RS untuk kedepannya. Mempengaruhi organisasi di luar RS untuk mendukung kinerja RS dengan koneksi yang dimiliki. Penerapan meta leadership dilakukan dengan penangkapan konteks krisis yang sangat kuat, menyiapkan dan melindungi RS dari konteks krisis, pengambilan keputusan strategis yang dapat membuat RS riding the wave, mampu memanfaatkan power, mampu membuat perencanaan, mampu berkomunikasi dengan semua pihak, koordinasi, serta mampu mempelajari situasi yang akan menjadi pengetahuan bagi pemimpin selanjutnya.

Meta leader sebagai person, harus mampu mempengaruhi pihak lain tanpa menggunakan posisi atau menggunakan posisi, dimana jika tidak menggunakan posisi dilakukan dengan mengelola persepsi, komunikasi, pemberian reward dan punishment, serta empati. Sedangkan jika menggunakan posisi, maka dilakukan dengan shaking and moving dengan mengendalikan sumber daya internal. Dimensi connectivity mengandung arti bahwa seorang leader memahami pandangan luar terhadap leader tersebut, kemudian pandangan tersebut akan diakomodasi sebagai pendekatan untuk memimpin, seperti leading up, leading down, leading across dan leading beyond. Analisis situasi dalam meta leadership dilakukan konsep The Mobius Loop, yaitu dengan perceive atau mendefinisikan realita, orient yaitu komunikasi untuk memastikan arah organisasi bergerak, predict dengan membuat skenario, decide yaitu memutuskan, operationalize yaitu eksekusi tindakan, dan communicate untuk mengkomunikasikan ke seluruh pegawai di RS. Harapannya, seluruh ekosistem di organisasi dapat memperoleh manfaat dari penerapan meta leadership.

Sesi diskusi panel dimulai dengan mengangkat kasus terkait feasibility konsep meta leadership dalam konteks RS Pemerintah dan RS Swasta di Indonesia. dr. Syahril, Sp.P, MPH menyampaikan pengalaman yang dialami selama mengelola RS Pemerintah dimana RS sebagai bentuk bisnis jangka panjang sangat bergantung pada pemilik dan Direksi RS, sehingga harapannya semua pihak yang terlibat merupakan person dalam dimensi meta leadership karena keterlibatan pihak tersebut dalam pengelolaan RS. Selain itu, evaluasi proses penerapan meta leadership diperlukan dengan melakukan penilaian berdasarkan parameter tertemtu terhadap Direksi atau RS secara keseluruhan. Berikutnya, Andre menambahkan bahwa sebagai langkah awal dalam konsep meta leadership, seorang meta leader bertugas sebagai inisator yang menanamkan pemahaman tersebut kepada seluruh pegawai RS. Parameter kinerja RS sebagai penilaian meta leader yaitu dengan penilaian RS sebagai keseluruhan organisasi meliputi order, result atau output yang dirasakan customer dan owner, dan development yaitu pengembangan layanan di RS. Pembahasan terkait pengalaman pengelolaan RS Swasta disampaikan oleh dr. Nungky Nurkasih, MS, M.Kes, FISQua, CPCCP bahwa konsep meta leadership perlu dipahami oleh owner dan Direksi RS. Seorang meta leader sebagai person perlu menanamkan bakat yang dimiliki dan didukung dengan pelatihan, sehingga pengangkatan Direksi RS tidak hanya berdasarkan koneksi dari owner dan pengalaman yang dimiliki. Sehingga, konsep meta leadership menumbuhkan optimisme bagi seorang pemimpin yang harus diawali dengan awareness terhadap perubahan pengelolaan RS terutama dalam menghadapi tantangan. Pendekatan yang digunakan saat ini yaitu transactional leadership sehingga tidak memungkinkan untuk menerima konsep meta leadership yang membutuhkan usaha lebih dan waktu yang cukup lama disampaikan oleh Andre. Sehingga, peran owner dalam adopsi konsep meta leadership harus memilih Direksi berdasarkan pengalaman yang dimiliki, pendidikan atau kompetensi, jejaring meliputi suplier dan regulator, serta bagaimana pengelolaan para klinisi di RS. Super system meliputi regulasi, asuransi kesehatan, pasien harus dipahami sebagai satu kesatuan dalam ekosistem RS yang harus dilibatkan dalam proses perjalanan RS. Harapannya, pelatihan terkait meta leadership dapat dilakukan sebagai inventasi yang bersifat kaderisasi atau talent management untuk mencari calon pemimpin yang baru dan sebagai networking untuk membangun komunikasi kepada calon-calon pemimpin.

Reporter : Bestian Ovilia Andini (Divisi Manajemen Rumah Sakit-PKMK UGM)