<< Kembali ke laman Pembelajaran Kepemimpinan
Pelatihan Perorangan:
Leadership Untuk RS dalam Konteks UU Kesehatan 2023: Person Leader
Sabtu, 16 November 2024
PKMK-Yogya. Peran seorang pemimpin RS tidak hanya berasal dari bakat alamiah dan situasi yang mengharuskan individu tersebut untuk menjadi seorang pemimpin, melainkan juga hal tersebut harus didukung dengan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinannya. Konsep meta leadership dipilih sebagai salah satu alat untuk membantu pemimpin dalam meningkatkan kemampuan tersebut, dimana terdapat salah satu dimensi yang disebut dengan person leader. Person leader merupakan aspek dimana pemimpin harus mengenali dirinya serta karakteristik yang dia miliki, sehingga peran sebagai pemimpin dapat dibawakan dengan tepat serta sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Pengantar webinar kali ini disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D terkait pendekatan seri pelatihan leadership untuk RS berdasarkan the nature argument, dimana kunci efektivitas dan kesuksesan pemimpin berasal dari bakat alamiah yang dimiliki yang harus didukung dengan sebuah pelatihan serta situasi yang juga harus mendukung seseorang dalam menjadi seorang pemimpin. Selain itu, seorang pemimpin harus memahami model sense making untuk mendeteksi perubahan, memahami makna perubahan, menafsirkan, hingga melakukan tindakan sebagai respons. Harapannya, konsep sense making tersebut dapat membantu pemimpin RS dalam menghadapi isu saat ini yang cukup kompleks, mulai dari penghapusan RS Khusus, masa depan RS Akademik dan RS Pendidikan, pengembangan dana RS non BPJS, kompetisi RS di tingkat internasional, hingga hubungan RS dengan BPJS termasuk tindakan fraud.
Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes menyampaikan paparan terkait person leader dalam konsep meta leadership. Sebagai upaya mengenali diri, terdapat konsep terkait dengan personality seorang pemimpin yaitu General Personal Factor (GPF) yang terdiri dari stability dan plasticity. Stabilitas terdiri dari spektrum kecemasan, kesepakatan, dan kesadaran yang membantu seorang pemimpin untuk tetap tenang, fokus dan terkendali saat menghadapi tantangan, terutama sebelum membuat keputusan strategis. Sedangkan plastisitas meliputi spektrum extraversion dan keterbukaan yang memungkinkan seorang pemimpin untuk berpikir kreatif, fleksibel, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman menjadi sebuah peluang. Selain itu, dalam konsep The Big Five Personality Range, terdapat sebuah aspek penting yaitu emotional intelligence. Emotional Intelligence merupakan kemampuan mengidentifikasi, mengatur dan mengekspresikan emosi dengan cara yang positif sehingga orang lain dapat menerima dengan baik dan sebaliknya. Emotional intelligence tersebut mempunyai 5 komponen penting, diantaranya self awareness, self control, self motivation, empathy, dan social skills.
Selain itu, terdapat konsep meta paradoxical leadership, dimana seorang pemimpin berbeda dengan manager. Jika seorang manager lebih menyukai status quo dan cenderung menolak perubahan, maka seorang pemimpin justru memicu perubahan dan menolak status quo untuk menuju desire state. Dalam konsep tersebut, seorang pemimpin dapat mengintegrasikan kedua kemampuan tersebut, yaitu leadership dan managership, dimana seorang pemimpin mendorong pemimpin yang berkolaborasi dengannya untuk dapat menuju dalam persepsi pemahaman yang sama sekaligus menjadi seorang pemimpin yang dapat menjadi role model yang memiliki nilai dan visi untuk RS di masa depan. Dengan memahami konsep meta leadership, maka seorang pemimpin diharapkan dapat mengenali posisi dirinya sebelum mengambil keputusan strategis, baik kelemahan yang dimiliki hingga keberanian untuk mengambil risiko atas keputusan yang diambil.
Seorang pemimpin harus mampu untuk menghadapi tantangan yang kompleks, sehingga untuk menjadi seorang pemimpin, seseorang harus menjalani proses atau leveling disampaikan oleh Dr. dr. Chairul Radjab Nasution, Sp.PD- KGEH, M.Kes. Pasca implementasi UU Kesehatan 2023, terjadi turbulensi dalam sektor kesehatan utamanya RS. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan klasifikasi RS, penghapusan RS khusus yang berubah kekhususannya menjadi sebuah center of excellence, tuntutan RS dalam hal indikator keuangan, tuntutan patient centered care, hingga tuntutan RS dalam kendali mutu dan kendali biaya. Berdasarkan isu tersebut, maka seorang pemimpin harus mampu memahami isu yang terjadi di lapangan serta optimalisasi yang harus dilakukan untuk tiap peran pemimpin unit kerja di RS. Selain itu, seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi terkait isu yang saat ini terjadi kepada pemilik RS, serta stakeholder terkait termasuk pemerintah daerah, serta DPR. Salah satu cara yang disarankan untuk mengenali seorang pemimpin dalam seleksi pemilihan yaitu tes psikologi dan MMPI karena seorang pemimpin diharapkan untuk memiliki kecerdasan emosional yang baik sehingga mampu menjalankan GPF yang meliputi stabilitas dan plasticity.
Selanjutnya, dr. Hariyadi Wibowo, SH, MARS menyampaikan komunikasi merupakan kemampuan yang penting bagi seorang pemimpin. Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan di luar negeri, terdapat coaching dan mentoring dalam hal komunikasi. Pembelajaran tersebut merupakan sebuah persiapan bagi seorang pemimpin sebelum memimpin sebuah organisasi, sehingga komunikasi tersebut diharapkan dapat menghilangkan gap yang mungkin ada antara seorang pemimpin dengan bawahan yang dipimpin.
Reporter: Bestian Ovilia Andini.